Konsep bahwa keadaan mentalmu saling terhubung dengan keadaan fisikmu telah menjadi sorotan dalam beberapa tahun terakhir. Misalnya, sikap negatif dan perasaan putus asa dapat menciptakan stres kronis. Ini dapat mengganggu keseimbangan hormon tubuh, menguras bahan kimia otak yang diperlukan untuk kebahagiaan, dan merusak sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan yang melemah meningkatkan kerentanan tubuh terhadap serangan virus dan patogen seperti flu atau pilek. Selain itu, sebuah penelitian yang mengumpulkan data dari pria dan wanita berusia 25 hingga 74 tahun menemukan bahwa stres berat mempersingkat harapan hidup sebesar 2,8 tahun.
The idea that your mental state is interconnected with your physical state has been brought to the forefront in recent years. For example, negative attitudes and feelings of helplessness and hopelessness can create chronic stress. This can upset the body's hormone balance, depletes the brain chemicals required for happiness, and damages the immune system. A weakened immune system increases the body’s vulnerability to attacks from viruses and pathogens like the flu or the common cold. Furthermore, a study collecting data from men and women ages 25 to 74 found that heavy stress shortens life expectancy by 2.8 years.
Beberapa kesulitan fisik yang lebih umum terkait dengan kesehatan mental yang tidak seimbang meliputi:
Pertama-tama, tidak mudah untuk mengetahui apakah ketidaknyamanan fisikmu atau kesehatan burukmu berasal dari kondisi pikiranmu. Bahkan jika kamu memberi tahu doktermu bahwa emosimu menyebabkan kamu mengalami kesulitan kesehatan fisik, mereka mungkin tidak terlatih untuk mengidentifikasi kondisi mental dengan benar. Meskipun dokter umummu dapat membantu menyingkirkan penyebab lain dan merawat gejala kamu agar kamu merasa lebih baik secara fisik, mereka harus merujukmu ke spesialis kesehatan mental seperti psikolog klinis atau psikiater untuk memastikan atau mengidentifikasi dengan benar bagaimana keadaan pikiranmu memengaruhi tubuhmu secara fisik.
Jadi, apa manfaat dari rasa syukur untuk kesehatanmu?
Jauh dari menjadi pil ajaib yang kamu minum untuk meningkatkan tingkat energi dan kesehatanmu, rasa syukur tidak secara aktif mempromosikan sistem kekebalan tubuhmu untuk membuatmu lebih sehat.
Sebaliknya, menghitung berkat setiap hari telah secara signifikan meningkatkan kebahagiaanmu. Hal ini dapat meningkatkan moodmu, membantumu tidur lebih baik, merangsang pencernaan, dan merekayasa ulang pikiranmu untuk lebih menghargai makanan yang sehat dan kaya nutrisi.
Dalam satu penelitian, 61 wanita sehat berusia antara 35 dan 50 tahun secara acak ditempatkan ke dalam kegiatan rasa syukur daring selama enam minggu atau kegiatan menulis. Setiap minggu, kelompok rasa syukur diberikan tantangan menulis yang meminta mereka untuk menulis tentang seseorang yang mereka syukuri (misalnya, "Pikirkan seseorang dalam hidupmu yang kamu merasa belum sepenuhnya atau benar-benar mengucapkan terima kasih atas sesuatu yang bermakna atau penting yang mereka lakukan untukmu"). Kelompok kontrol menulis tentang topik netral ("Pikirkan tentang jarak terjauh yang kamu tempuh hari ini").
Sebelum dan setelah enam minggu, partisipan melaporkan seberapa banyak mereka cenderung menawarkan atau menerima dukungan dari orang lain. Mereka memberikan sampel darah untuk diuji sitokin inflamasi yang terkait dengan penyakit kronis yang terkait dengan penuaan, seperti diabetes, aterosklerosis, dan bahkan kanker.
Setelah menganalisis data, para peneliti menemukan bahwa wanita yang ditempatkan dalam kondisi rasa syukur memang terlibat dalam lebih banyak perawatan yang mendukung, yang konsisten dengan gagasan bahwa rasa syukur dapat menginspirasi orang untuk membantu orang lain. Tetapi mereka tidak menemukan peningkatan signifikan dalam fungsi kekebalan tubuh.
Namun, mereka menemukan bahwa wanita di kelompok rasa syukur lebih sedikit stres.
Temuan ini masih meninggalkan pertanyaan terbuka bagi para peneliti: Apakah mengalami rasa syukur dapat mempengaruhi otak orang dengan cara yang mempromosikan kesehatan yang lebih baik?
Namun, studi lain dari Sekolah Kedokteran Universitas California San Diego menemukan bahwa orang yang lebih berterima kasih memiliki asupan lemak diet yang lebih rendah - hingga 25 persen lebih rendah. Selain itu, hormon stres seperti kortisol 23 persen lebih rendah pada orang yang bersyukur dan dapat mengurangi efek penuaan pada otak.
Meskipun rasa syukur mungkin tidak secara langsung mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, hal itu dapat meningkatkan kesehatanmu karena merekrut emosi positif lainnya yang memiliki manfaat fisik langsung sebagai cara dalam mempersepsi dan menafsirkan hidup.
Penelitian menunjukkan bahwa saat kita memikirkan hal-hal yang kita hargai, bagian syaraf parasimpatik atau menenangkan dari sistem saraf terpicu, dan ini dapat memiliki manfaat protektif pada tubuh, termasuk menurunkan kadar kortisol dan mungkin meningkatkan oksitosin, hormon pengikat yang terlibat dalam hubungan yang membuat kita merasa baik, baik secara fisik maupun mental.
Artikel berikut ditulis oleh Pelatih Kesehatan Mental Naluri. Naluri mendukung kamu untuk memiliki kebiasaan hidup sehat, mencapai tujuan kesehatan yang bermakna, dan menjadi lebih sehat dan bahagia melalui pelatihan yang personal, program terstruktur, pembelajaran mandiri, dan alat-alat kesehatan. Download aplikasi Naluri hari ini atau kirim email ke hello@naluri.life untuk informasi lebih lanjut dalam memanfaatkan pelatihan kesehatan digital dan terapi untuk menjadi versi dirimu yang lebih sehat dan bahagia.