Hai! Saya Chervonne Wong, Pelatih Kesehatan Mental Naluri.
Hidup memang tak terduga, dan tantangan tak terelakkan - namun cara kita menanggapinya mampu membawa perbedaan. Sebagai Pelatih Kesehatan Mental Naluri, saya merasa terhormat bisa mendampingi orang-orang dalam menghadapi tantangan yang menguji batas kemampuan mereka, mulai dari stres di tempat kerja hingga kehilangan orang yang dicintai dan kemunduran tak terduga. Masing-masing cerita mengajarkan saya pelajaran berharga soal apa yang dibutuhkan dalam membangun ketahanan mental-bukan cuma sebagai kata kunci, namun sebagai alat praktis sehari-hari untuk berkembang dalam menghadapi kesulitan.
Dalam artikel ini, saya akan berbagi kisah nyata salah satu anggota saya sekaligus dengan pertanyaan-pertanyaan refleksi untuk membantu kamu menumbuhkan ketahanan mental dalam perjalanan hidupmu.
Keingintahuan: Ubah kecemasan menjadi pencarian jati diri
Keingintahuan bukan hanya soal mencari pengetahuan baru; melainkan tetap terbuka pada berbagai kemungkinan dan menata ulang tantangan sebagai peluang berkembang.
Pola pikir yang penuh rasa ingin tahu mendorong seseorang untuk bertanya “Mengapa?” atau “Bagaimana jika?” dibanding mengalah pada rasa takut atau frustrasi.
Di tempat kerja, rasa ingin tahu memupuk pola pikir untuk terus berkembang, membantu karyawan memandang tantangan sebagai batu loncatan menuju perbaikan. Baik itu menjelajahi solusi inovatif atau belajar dari kesalahan, rasa ingin tahu mendorong kemajuan dan ketahanan mental.
Saat dihadapkan pada proyek baru, anggota saya merasa gelisah. Meski berpengalaman dan terampil, dia takut gagal dan di-judge oleh orang lain. Bukannya menyerah pada pikiran negatif, dia justru memilih menyikapi situasinya dengan rasa ingin tahu.
Melalui pertanyaan-pertanyaan seperti, “Apa yang sebenarnya saya takutkan?” dan “Mengapa saya merasa seperti ini?”, ia mulai mengungkap ketakutan yang mendasarinya: rasa ingin diakui dan rasa takut karena tidak cukup baik. Setelah menyadari hal ini, ia memvalidasi emosinya dan tidak mengabaikannya, sehingga ia mampu menata ulang rasa takut akan hal asing menjadi sebuah tantangan yang bisa ia pahami dan hadapi. Berefleksi pada pencapaiannya di masa lalu makin memperkuat kepercayaan dirinya, mengingatkan dia betapa dirinya mampu mengatasi tantangan.
Pertanyaan Refleksi:
- Pikirkan tentang tantangan di tempat kerja baru-baru ini. Bagaimana rasa ingin tahu bisa membantu kamu menyikapi tantangan tersebut dengan cara yang berbeda?
- Apa saja cara yang bisa kamu lakukan untuk menumbuhkan rasa ingin tahu, bahkan dalam kondisi penuh tekanan?
Koneksi: Menimba kekuatan dari hubungan
Meskipun ketahanan mental kerap dipandang sebagai sifat pribadi, namun ketahanan mental sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan kita dengan orang lain. Merasa didukung dan dihargai oleh rekan kerja, manajer, dan rekan sebaya menciptakan jalinan hubungan yang kuat selama masa-masa sulit.
Hubungan di tempat kerja menumbuhkan komunikasi terbuka, rasa saling menghargai, dan rasa saling memiliki, di mana semuanya berdampak pada kesehatan emosional dan ketahanan mental. Para pemimpin berperan penting dalam membangun budaya koneksi melalui empati, inklusivitas, dan kerjasama.
Memahami nilai dukungan, anggota saya menghubungi teman dan mentor terpercaya di bidang yang sama. Hubungan ini menjadi sumber dorongan dan perspektif. Temannya mengingatkan dia akan kekuatan dan pencapaiannya di masa lalu, hal yang dia abaikan dalam kegelisahannya.
Rasa saling memiliki dan afirmasi dari teman-temannya membantunya merasa tidak terasingkan di tengah perjuangannya. Dukungan mereka menjadi pengingat bahwa ia tidak merasa sendirian dalam menghadapi tantangan baru dan wajar jika ia merasa tidak yakin di lingkungan yang baru.
Pertanyaan Refleksi:
- Bagaimana hubungan kamu memengaruhi kemampuanmu dalam mengatasi stres?
- Dalam lingkungan kerja jarak jauh atau hybrid, strategi apa yang bisa memperkuat hubungan di dalam tim kerjamu?
Keberanian: Hadapi ketakutan dengan percaya diri
Keberanian menjadi inti dari ketahanan mental - memberdayakan seseorang untuk keluar dari zona nyaman, menghadapi ketidakpastian, dan menerima perubahan. Keberanian bukan berarti tanpa rasa takut; keberanian berarti mengambil tindakan meski adanya rasa takut.
Di tempat kerja, keberanian terlihat dari keberanian mengambil risiko, berani berbicara, dan mengejar peluang berkembang. Organisasi bisa menumbuhkan keberanian dengan menormalkan kegagalan sebagai bagian dari proses pembelajaran dan menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa aman melakukan inovasi dan mengambil risiko terukur.
Dengan pemahaman yang lebih jelas tentang ketakutannya dan dukungan dari jaringannya, anggota saya menjadi berani. Daripada menghindari emosinya atau lari dari tantangan, ia justru memilih untuk menghadapinya secara langsung. Dia menyadari bahwa belajar dan melakukan kesalahan merupakan bagian alami dari perkembangan, terutama dalam peran baru.
Keberanian untuk menghadapi tantangan eksternal dan ketakutan internal membuatnya mampu membangun kepercayaan diri. Dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia sudah pernah menaklukkan tantangan di masa lalu, dan tak ada alasan untuk tidak bisa melakukannya lagi.
Pertanyaan Refleksi:
- Bisakah kamu mengingat kembali momen saat kamu menunjukkan keberanian dalam kariermu?
- Bagaimana para pemimpin bisa membangun budaya dimana karyawan merasa diberdayakan untuk mengambil risiko?
Membangun ketahanan mental untuk menjadi pribadi yang lebih kuat
Semakin ia melatih rasa ingin tahu dan keterbukaan, ia semakin sadar diri dan percaya diri. Dia belajar mengamati ketakutan dan pikirannya tanpa menghakimi, menerapkan teknik-teknik ketenangan untuk mengatasi stres. Dukungan dan hubungan yang terjalin dengan teman-temannya memberi ketenangan, sementara keberaniannya membuatnya mampu mengambil langkah yang bermakna kedepannya.
Dengan memadukan tiga pilar yaitu keingintahuan, koneksi, dan keberanian, ia berhasil mengatasi stres dan kecemasan dalam sebuah proyek baru, dan menjadikannya sebuah kesempatan pengembangan pribadi dan profesional.
Jika kamu, atau seseorang yang kamu kenal, butuh dukungan lebih lanjut dalam perjalanan membangun ketahanan diri, pesan konsultasi tatap muka dengan Pelatih Kesehatan Mental Naluri untuk memperoleh dukungan dan panduan yang lebih personal untuk mengatasi tantangan apapun dengan percaya diri.
Chervonne merupakan Pelatih Kesehatan Mental Naluri yang penuh kasih dan dinamis berdedikasi untuk memberdayakan individu dalam mengatasi tantangan emosional dan berkembang dalam kehidupan pribadi dan profesional mereka. Berbekal keahlian dalam bidang psikologi konseling, komunikasi interpersonal, dan desain program inovatif, Chervonne mengadakan lokakarya, diskusi, dan webinar yang menginspirasi perkembangan dan membina kesehatan mental. Ia menggabungkan empati dengan teknik-teknik yang telah teruji untuk memandu klien menuju kejelasan, ketahanan mental, dan perubahan positif berkelanjutan. Pendekatannya menarik dan bijaksana menciptakan ruang yang aman dalam pencarian jati diri, menjadikannya mitra terpercaya dalam perjalanan setiap klien menuju kehidupan yang lebih sehat dan memuaskan.