Kita semua mungkin tahu ini akan terjadi. Terkurung di rumah selama hampir dua tahun, dipaksa untuk beradaptasi dan mengevaluasi kembali prioritas dalam kehidupan dan pekerjaan, diminta untuk mempertimbangkan kembali apa yang benar-benar penting, dan menilai apakah target pekerjaan bisa terpenuhi. Ketika hal-hal tersebut tidak terpenuhi, kita memilih untuk keluar dari pekerjaan.
McKinsey & Company mensurvei karyawan dan perusahaan di Australia, Kanada, Singapura, Inggris Raya, dan Amerika Serikat dan menemukan bahwa 40% karyawan "kemungkinan besar akan keluar dalam tiga hingga enam bulan ke depan". Di antara karyawan yang mengatakan ingin keluar, mereka berencana untuk meninggalkan pekerjaan pada periode ini, bahkan hampir ⅔ nya menambahkan bahwa mereka akan melakukannya tanpa menunggu sampai dapat pekerjaan baru.
“53% perusahaan mengatakan bahwa mereka mengalami turnover (pergantian karyawan) yang lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya, dan 64% memperkirakan masalah akan berlanjut—atau memburuk—selama enam bulan ke depan,” catat McKinsey.
Menurut McKinsey, industri rekreasi dan perhotelan (leisure and hospitality) paling berisiko kehilangan karyawan, namun banyak pekerja kesehatan dan “pekerja kerah putih” mengatakan mereka juga berencana untuk keluar. Hampir ⅓ pendidik yang jadi bagian dari survei tersebut mengatakan bahwa mereka kemungkinan besar juga akan keluar.
Yang lebih menarik adalah alasan mereka keluar. Tiga faktor teratas yang didapat dari karyawan adalah karena mereka tidak merasa dihargai oleh perusahaan (54%) dan oleh manajer (52%), atau karena mereka tidak punya rasa memiliki terhadap pekerjaan (51%).
Dengan kepergian karyawan, pertumbuhan dan inovasi sulit dilakukan, hal ini juga menuntut introspeksi serta investasi dalam melakukan retensi karyawan yang serius.
Jika Anda adalah perusahaan yang memberi pekerjaan dan merasa belum yakin, pertimbangkan hasil survei EY 2021 Work Reimagined Employer. Survei ini mengumpulkan wawasan dari lebih dari 16.000 karyawan di 16 negara.
Survei itu menemukan bahwa lebih dari separuh karyawan akan mempertimbangkan untuk meninggalkan pekerjaan mereka setelah pandemi Covid-19 jika mereka tidak diberikan fleksibilitas di mana dan kapan mereka bekerja.
“Peran yang paling mungkin untuk ditinggalkan antara lain manajer/lead, mereka yang memiliki peran di bidang teknologi atau keuangan, dan pengasuh. Mereka yang paling mungkin bertahan dengan peran mereka saat ini di antaranya karyawan berusia 50 tahun ke atas (baby boomer), karyawan dengan masa kerja 10+ tahun, dan mereka yang bekerja di bidang pemerintahan atau pendidikan,” kata EY dalam siaran pers.
Jika Anda adalah seorang CHRO (Chief Human Resource Officer) dan merasa agak tidak nyaman saat ini, Anda tidak sendirian. Para tenaga profesional di bidang manajemen sumber daya manusia di perusahaan mana pun ditugaskan untuk menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah ini.
Untuk menjaga keutuhan perusahaan, retensi karyawan perlu dilakukan secara efektif dan para pemimpin perusahaan juga perlu berpikiran maju dan bersedia meluangkan waktu untuk mendengarkan. Lalu, langkah yang bisa dilakukan selanjutnya adalah:
Karyawan terbaik bertanggung jawab atas sebagian besar kesuksesan bisnis Anda. Namun, kini mereka dimanja oleh pilihan pekerjaan yang begitu banyak. Dengan tingginya tingkat perpindahan pekerjaan di kalangan milenial, perusahaan harus berbuat lebih banyak untuk mempertahankan mereka.
Cari tahu kondisi karyawan Anda, salah satunya dengan melakukan survei untuk mengetahui masalah mereka terhadap bidang-bidang seperti kepuasan kerja, tingkat keterlibatan, dan keseimbangan kehidupan kerja. Tujuannya bukan untuk memilih atau menghukum karyawan, tetapi untuk membantu Anda meningkatkan kesesuaian pekerjaan dan menemukan lingkungan tempat kerja bagi mereka.
Banyak perusahaan berpikir bahwa gaji yang lebih tinggi adalah satu-satunya hal yang akan membuat karyawan bahagia. Anggapan itu tidak lagi benar. Seperti yang telah dijelaskan oleh karyawan, mereka lebih menghargai tunjangan kerja, seperti peluang pelatihan dan pengembangan karier, serta keseimbangan kehidupan kerja dan kerja fleksibel, daripada gaji dan bonus yang dinaikkan (walaupun karyawan masih menyambut baik ide ini).
Pandemi Covid-19 membuat masyarakat umumnya menyadari apa yang sebenarnya penting. Mereka perlu merawat orang yang dicintai, menghabiskan lebih banyak waktu untuk keluarga, menghargai waktu luang mereka, dan mengerjakan apa yang mereka suka. Sangat sedikit karyawan yang mau menerima lebih sedikit dan perusahaan perlu memahaminya jika mereka ingin mempertahankan karyawan terbaik.
Anda harus memberdayakan manajer untuk membuat keputusan yang tepat, terutama yang berhubungan dengan pekerjaan jarak jauh dan hybrid. Cobalah berinvestasi lebih banyak dalam hal pengembangan profesional.
Peningkatan keterampilan tidak hanya akan meningkatkan efektivitas di tempat kerja, tetapi juga akan menanamkan sense of agency pada karyawan terbaik Anda. Pikirkan tentang peluang yang akan menguntungkan semua orang, bukan hanya segelintir orang. Misalnya, literasi data adalah keterampilan penting yang bermanfaat bagi perusahaan.
Kesejahteraan karyawan tidak lagi menjadi hal yang “baik untuk dimiliki”, tetapi secara bertahap menjadi “harus dimiliki” untuk mendorong keterlibatan dan produktivitas karyawan yang lebih besar. Menurut survei Willis Towers Watson 2019/2020 Benefit Trends, 60% perusahaan di Asia Pasifik memperluas fokus mereka pada inisiatif kesejahteraan dalam waktu dekat.
Ada beberapa artikel penelitian tentang Web yang menunjukkan bahwa kesehatan mental dan fisik sangat penting untuk menciptakan keterlibatan karyawan. Karyawan dengan kesehatan mental yang baik dapat mengatasi stres, kecemasan, serta depresi dengan lebih baik dan lebih resilien.
Salah satu cara untuk menerapkan program kesehatan di organisasi Anda adalah melalui layanan dukungan digital yang dipersonalisasi, yang memberdayakan karyawan Anda untuk menjaga kesehatan mereka sendiri dengan lebih baik dan lebih sadar akan kesehatan mereka secara keseluruhan.
Hal ini meliputi kebiasaan makan, olahraga, dan tidur mereka. Semakin bahagia karyawan Anda, semakin besar kemungkinan mereka menikmati pekerjaan. Pada akhirnya, hal ini akan saling menguntungkan bagi Anda dan karyawan.
Ini hanyalah beberapa cara yang dapat Anda ambil sebagai CHRO untuk memastikan bahwa karyawan Anda benar-benar senang bekerja dengan Anda dan perusahaan Anda. Meskipun gelombang besar pengunduran diri sedang terjadi dan kemungkinan besar akan terus berlanjut, bukan berarti Anda harus ikut tenggelam bersamanya.