Menurut pakar mindfulness, Dr. Jon Kabat-Zinn, mindfulness adalah “memperhatikan dengan cara tertentu: dengan sengaja, pada waktu tertentu, dan tanpa menghakimi.” Oleh karena itu, mindfulness adalah upaya yang disengaja untuk memfokuskan perhatian demi mencapai flow state guna meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Penelitian yang dilakukan satu dekade yang lalu menemukan bahwa mindfulness berhubungan positif dengan kepuasan kerja. Sebuah studi tentang mindfulness di tempat kerja yang melibatkan dua kelompok karyawan yang berbeda pada tahun 2012, menunjukkan bahwa mindfulness dapat meningkatkan kepuasan kerja dan membantu mencegah burnout (kelelahan mental) pada karyawan yang bekerja di bawah tekanan.
“Hasilnya menunjukkan bahwa keadaan dan sifat mindfulness berbanding terbalik dengan kelelahan emosional karyawan dan berhubungan positif dengan kepuasan kerja mereka,” begitu bunyi kesimpulan para peneliti dari studi tahun 2012.
Pada studi tahun 2020 yang melibatkan tiga perusahaan Jasa dari Tiongkok Timur, para peneliti menemukan bahwa ada hubungan tidak langsung yang positif antara mindfulness pada individu dengan tingkat pemulihan dan keterlibatan kerja. “Hasilnya juga menunjukkan bahwa mindfulness dalam tim memainkan peran moderat dalam membantu karyawan pulih dari stres kerja,” kata para peneliti.
Para peneliti yang menguji efek mindfulness terhadap keterlibatan kerja, mengemukakan bahwa: “Mindfulness sebagai konstruksi tunggal berhubungan positif dengan keterlibatan kerja. Analisis dari segi tingkat mindfulness mengilustrasikan bahwa karyawan yang memberikan perhatian dan (karyawan yang) menerimanya (dari) realitas saat ini cenderung memiliki keterlibatan kerja yang lebih tinggi.”
Rekomendasi mereka? “Program perusahaan yang berfokus pada bagaimana membangun kualitas karyawan dapat menggunakan program mindfulness berbasis meditasi untuk membantu karyawan memperluas rentang perhatian serta mengembangkan sikap tidak menghakimi.”
Mindfulness di Tempat Kerja: Apakah Ini Benar-benar Berhasil? melibatkan pelatihan mindfulness untuk 60 karyawan dari perusahaan pemasaran digital Midwestern. Setelah pelatihan setengah hari, para peserta secara acak ditugaskan ke kelompok yang tidak mempraktikkan mindfulness selama enam minggu (satu periode), atau ke grup yang mempraktikkan mindfulness setiap hari selama enam minggu.
Sebagai bagian dari penelitian, para peneliti mengirimkan survei ke ponsel karyawan untuk mengukur kesejahteraan karyawan pada hari kerja mereka selama tiga hari berturut-turut, sebelum dan sesudah periode enam minggu.
“Secara keseluruhan, temuan ini menunjukkan bahwa pelatihan mindfulness jangka pendek (misalnya pelatihan setengah hari) mungkin cukup untuk meningkatkan persepsi tentang produktivitas kerja, program pelatihan mindfulness jangka panjang (seperti pelatihan setengah hari dikombinasikan dengan latihan harian selama enam minggu) diperlukan untuk meningkatkan fokus kerja, kepuasan kerja, dan hubungan yang positif dengan pekerjaan,” kata para peneliti.
Penelitian juga menunjukkan bahwa praktik mindfulness bermanfaat untuk manajer. Sebuah studi tahun 2016 menemukan bahwa mindfulness-based stress reduction (MBSR) membantu manajer mengelola stres terkait pekerjaan secara efektif dan membuat mereka lebih tangguh secara psikologis di tempat kerja.
Manajer level menengah yang berpartisipasi dalam pelatihan MBSR melaporkan adanya penurunan ketidakhadiran karena sakit dan tingkat stres, serta adanya peningkatan harga diri dan kesehatan emosional dibandingkan dengan manajer dari kelompok kontrol (yang tidak menerapkan mindfulness).
Studi tahun 2018 tentang manajer perawat di sebuah rumah sakit perawatan akut Amerika Utara melibatkan peneliti untuk "mengukur dampak pelatihan mindfulness terhadap persepsi manajer perawat tentang kualitas hidup profesional, burnout, dan kesehatan yang dirasakan."
Studi kuantitatif ini menggunakan dua alat survei. Alat pertama adalah ProQOL, yaitu alat berisi 30 item yang mengacu pada keadaan partisipan dalam 30 hari terakhir, yang terdiri dari tiga subskala untuk mengukur kepuasan kasih sayang, trauma sekunder, dan risiko burnout. Alat kedua adalah CBI, yang memiliki 19 item dengan tiga subskala yang berfokus pada burnout karena masalah pribadi, serta burnout yang terkait pekerjaan dan klien.
Menariknya, para peneliti menemukan bahwa intervensi mindfulness berdampak positif pada skor ProQOL dan CBI
“Perubahan skor peserta menunjukkan bahwa kesenangan seseorang karena dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik langsung meningkat setelah intervensi. Intervensi mindfulness juga berdampak positif pada risiko ProQOL peserta untuk skor burnout dan pada skor CBI untuk burnout pribadi dan burnout terkait pekerjaan,” kata para peneliti dalam artikel tersebut.
Apa yang Dapat Dilakukan CHRO Untuk Mendorong Mindfulness
Sekarang kita tahu bahwa pelatihan mindfulness dan penerapan secara teratur dapat membantu karyawan dan manajer menjadi lebih terlibat dengan pekerjaan. Apa yang dapat kita lakukan sebagai CHRO (Chief of Human Resources Officer) untuk mendorong mindfulness di tempat kerja?
Di Naluri, kami merekomendasikan agar CHRO menerapkan hal-hal berikut untuk memudahkan orang-orangnya menerapkan praktik mindfulness:
1. Memiliki Program Bantuan Karyawan yang kuat
Jika perusahaan Anda belum memiliki Program Bantuan Karyawan / Employee Assistance Programme (EAP) yang memprioritaskan kesehatan mental, inilah saatnya Anda memulai prosesnya. EAP yang baik dan kuat akan memberdayakan karyawan dengan alat yang mereka butuhkan untuk menjaga kesehatan mental mereka.
Jika Anda telah memberi akses gratis ke terapis atau konselor kepada karyawan yang memiliki masalah kesehatan mental, lanjutkan dan sertakan juga pelatihan mindfulness untuk menghadirkan mental karyawan yang lebih sehat demi meningkatkan keterlibatan dan produktivitas kerja dalam jangka panjang.
2. Berikan perhatian kepada karyawan Anda
Kita semua sibuk dengan tugas sehari-hari. Namun, jangan abaikan karyawan Anda.
Kami menyarankan agar Anda menghubungi karyawan Anda secara teratur untuk memahami dan membantu mereka mencapai kesehatan mental yang lebih baik. Misalnya, Anda dapat melakukan survei anonim terhadap karyawan Anda untuk mengetahui bagaimana keadaan mental dan pekerjaan mereka. Upaya kecil ini bisa dilakukan untuk memastikan bahwa karyawan merasa bahagia di perusahaan Anda.
3. Latih para manajer untuk lebih berempati
Tidak semua manajer punya keterampilan manajemen tim di atas rata-rata. Banyak manajer memiliki pengetahuan untuk melaksanakan tanggung jawab manajerial mereka, tetapi hanya sedikit yang memiliki pengetahuan untuk menangani karyawan yang memiliki masalah pada kesehatan mental atau tantangan di tempat kerja.
Sebagai CHRO, dorong para pemimpin dan manajer di perusahaan Anda untuk menghadiri pelatihan empati dan akan lebih baik – pelatihan mindfulness – untuk membantu mereka menjadi manajer yang lebih baik dan individu yang lebih peduli.
Sebagai manajer, mereka harus dapat melakukan percakapan yang penuh perhatian dengan bawahan mereka, terutama mereka yang memiliki masalah dengan kesehatan mental dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
Keputusan ada di tangan Anda. Dengan menerapkan tiga langkah sederhana untuk menanamkan perhatian dan kesadaran diri yang lebih besar di antara karyawan, Anda akan membantu mereka menikmati kepuasan dfan keterlibatan yang lebih besar terhadap pekerjaan. Pada akhirnya, hal ini akan meningkatkan produktivitas dan sinergi di seluruh bagian perusahaan.